사랑해요...
(Versi
Pernikahan Dini)
“Hey! Sudah, pergi sana!
Berhenti!”
“Hyeni, pergi sana! Ini urusan
aku sama Sanghyun!”
“Rico, ini bukannya salah
Sanghyun. Kamu ini salah paham, dengerin aku deh!”
“Nggak, ini semua yang
bikin ulah emang si Sanghyun! Dasar orang Korea!”
“Plak!!!”, ditampar sekencang-kencangnya pipi kiri Rico oleh Hyeni.
“Aku kan udah pernah bilang sama kamu, jangan membawa nama negara Korea kalau
sedang emosi! Kita berdua memang keturunan orang Korea, dan kalau kamu
bener-bener nggak suka dengan orang Korea aku siap kok buat pindah dari
Indonesia. Tapi aku akan bawa Sanghyun pergi sama aku, dan memang baiknya kalau
kita berpisah mulai dari hari ini!”, ditariknya tangan Sanghyun
sekencang-kencangnya dari hadapan Rico dan kawan-kawannya.
“Hyeni, kenapa kamu hebat
banget. Ekspresinya cuma bengong kaya orang bego pas kamu minta putus sama dia?
Aku kasih kamu dua jempol buat kamu deh!”
“Ih, kamu tuh! Aku tuh
takut kamu dibunuh sama Rico tau! Lagian, ngapain kamu ngasih bunga sama coklat
di loker aku sih!”
“Sekarang kan hari ulang
tahun kamu ke 17 tahun! Kamu lupa ya! Selamat ya, kamu udah dewasa!”
“Oh, ya! Aku lupa, makasih
ya! Sanghyun, aku pikir yang inget ulang tahun aku cuma kamu aja deh!”
“Eomma sama Appa kamu
juga, mereka nggak inget?”
“Nggak, mangkanya sekarang
aku sedih.”
“Eh, adik kecilku yang
baru menginjak dewasa. Kamu jangan sedih ya!”, kemudian Sanghyun membisikkan
sesuatu ke telinga kiri Hyeni. “Saranghaeyo!”
“Sarang...saranghaeyo?
Maksudnya?”
“Kamu mau jadi pacar aku
Hyeni?”, digenggamnya tangan Hyeni dengan lembut.
“Tunggu dulu!”, tangan
Hyeni menyetop perkataan Sanghyun tepat didepan mukanya.
“Kenapa? Tunggu apa?”
“Bagaimana nasib anak kita
nanti, seandainya kita menikah?”
“@&^(*$^$@$&)(&#%!&(_)(%%&*$^&^&^(*????????”, Sanghyun semakin dibuat bingung oleh Hyeni dan
hanya menggaruk-garuk kepala.
“Maksudku, bagaimana besok
status kewarganegaraan anak kita nanti? Apa kamu sendiri sudah memutuskan
status kewarganegaraanmu sendiri?”
“Aku juga masih bingung
nich, soalnya yang berkewarganegaraan Korea itu Appaku. Tapi, aku bertemu kamu
di Indonesia. Kamu, kamu sendiri mau ambil kewarganegaraan apa setelah ini?”
“Yang berkenegaraan Korea
itu eommaku, tapi, appaku berdarah Tionghua. Kita tinggal di China saja?
Bagaimana kalau kita jadi warga negara RRC saja? Aku bisa bahasa Mandarin kok,
jadi kamu nggak usah khawatir!”
“PLETAK!!!”, dijitaknya kepala Hyeni lumayan keras karena saking
geramnya.
“Aduh, sakit tau!”
“Lagian kamu ngomongnya
makin aneh-aneh aja deh. Aku serius tanya kamu mau punya kewarganegaraan apa,
soalnya seusai SMA ini aku harus meneruskan bisnis keluarga di Korea.”
“Tapi aku harus berobat di
China”, kata Hyeni sambil memasang wajah murung.
“Kamu sakit? Ayo, terus
terang sama aku Hyeni!”, Sanghyun kembali menggenggam tangan Hyeni dengan
lembutnya.
“Aku.....”, air mata
menetes dari kelopak mata Hyeni yang indah. “Aku punya punya tumor di otakku,
aku selama ini hanya mengobatinya dengan obat-obatan. Nggak apa-apa, cuma tumor
aja. Aku takut operasi sekarang karena resikonya lebih tinggi, kalau aku udah
lulus itu akan lebih meringankan aku.”, Hyeni berusaha menghapus air mata dan
kesedihannya didepan Sanghyun.
“Tumor? Kalau di otak itu
dimana-mana namanya kanker, dan sejinak-jinaknya tumor kalau letaknya di kepala
itu tetap berbahaya!”
“Aku.....”, sekuat-kuatnya
Hyeni menahan air mata, akhirnya air matanya tumpah juga. “Hiks...Hiks...”
“Menangislah dibahuku,
Hyeni! Sini kepalamu!”, seakan-akan tak memperdulikan orang-orang yang melihat
mereka, Sanghyun tetap membiarkan Hyeni menangis sepuasnya di bahunya.
“Menangislah sepuasnya Hyeni, aku akan menjadi bahumu sampai kapanpun!”, tanpa
tersadar Sanghyun pun ikut terlarut dalam kesedihan yang dialami Hyeni, dia
memeluk Hyeni dan membelainya dengan lembut.
“Terimakasih, Sanghyun!”,
Hyeni berusaha bangkit dari bahu Sanghyun.
“Iya, kamu sudah lebih
baik?”, Sanghyun berusaha menghapus air matanya dan tersenyum pada Hyeni.
“Kamu juga nangis,
Sanghyun? Jangan ikut nangis dong!”, Hyeni mengusap air mata Sanghyun yang
masih tersisa di kelopak matanya yang agak sipit itu.
“Aku heran sama kamu, aku
yang keturunan Korea Indonesia aja matanya kalah lebar sama kamu yang keturunan
Korea Tionghua. Sini, aku usapin air mata kamu!”, mereka saling mengusap air
mata mereka yang masih membekas di kelopak mata dan pipi mereka.
“Sanghyun!”
“Ya, kenapa?”
“Aku sebenernya bohong!
Hehehehe...........”, dengan tanpa berdosa Hyeni terkekeh-kekeh dan memukul
bahu Sanghyun ringan.
“Maksudnya? Kamu nggak
sakit? Kamu mau main-main ya, Hyeni! Nggak lucu tau nggak!”, dengan kesalnya
Sanghyun hendak pergi dari hadapan Hyeni.
“Bukannya begitu!”, dengan
cepat tangan Hyeni menarik tangan Sanghyun. “Aku......”
“Apa? Aku apa?”, dengan
nada sedikit menyentak kesal.
“Nado saranghaeyo!
Mianhaeyo, kamu jangan terlalu kesal sama aku. Aku cuma mau ngetes kamu aja
kok! Kalau kamu kesel banget sama aku, aku bakal pergi dari hadapan kamu
sekarang kok. Tapi, besoknya kamu harus mau nyapa aku lagi! Janji ya!”, Hyeni
memberikan jari kelingkingnya untuk saling mengunci janji tapi Sanghyun hanya
memandangi tajam mata Hyeni. “Yaudah, aku pergi sekarang aja. Maaf!”, dengan
perasaan bersalah Hyeni pergi menghindari Sanghyun dengan menunduk.
“Ya!”, Sanghyun langsung
memegang tangan Hyeni dan mengunci jari kelingkingnya dengan kelingking Hyeni.
“Makasih!”, Hyeni yang
tersenyum begitu manis membuat Sanghyun ikut tersenyum.
*Beberapa Bulan Kemudian*
“Aduh, rasanya deg-degan
banget nih. Moga-moga aja kita semua lulus dari sekolahan ini dengan nilai yang
memuaskan, ya!”, Kata Anggi terhadap teman-teman sekelasnya.
“Amiiiiiin!”, ucap teman
sekelasnya dengan serentak.
“Hyeni! Mana suamimu? Kok
nggak kelihatan batang hidungnya?”
“Iya, kok dia sampe
sakarang kagak kelihatan batang hidungnya ampek sekarang? Dia kena sindrom
deg-degan lagi?”
“Dia punya sesuatu yang
pasti buat kalian terharu!”
“Dia mau ngelamar kamu,
ya! Atau dia mau nikahin kamu pas selesai pengumuman kelulusan ini, ya! Ayo
ngaku deh!”
“Udah! Nanti kalian juga
tau, kok! Lihat ke depan dulu deh, pak Kepsek mau pidato tuh!”
“Yah!!!!!”, ucap teman
sekelas Hyeni dengan serempak.
“Anak-anakku yang bapak
sayangi, bapak ingin menyampaikan sesuatu. Harap diam sejenak ya, anak-anak!”,
serentak semua murid diam seketika tanpa suara. “Pak Santoro, Pak Anton! Tolong
bawa papannya dan taruh dibelakang saya, ya!”
“Itu papannya, haduh
deg-degan nih!”
“Anak-anak, yang
dibelakang bapak ini adalah papan pengumuman kelulusan tahun ini. Dan, bapak
ingin memberi tau kalian semua siapa murid yang menjadi juara 1 dalam ujian
kelulusan tahun ini. Dia adalah Lee Sanghyun, tepuk tangan untuk Sanghyun!”
“Tapi Pak!”, Anggi menyelat
omongan bapak Kepala Sekolah.
“Ya, kenapa Anggi?”
“Sanghyun nggak ada pak,
dia nggak hadir.”
“Siapa bilang dia nggak
hadir, dia hadir kok! Sanghyun, ayo dimulai sekarang!”, tanpa diduga oleh para
murid yang hadir, Sanghyun pun keluar dari belakang para murid sambil menggandeng
tangan Hyeni.
“Gimana, udah siap calon
tunanganku?”
“Aduh, aku nggak siap. Aku
mau kekamar mandi dulu, ya!”
“Udah, nggak apa-apa!”,
ditariknya tangan Hyeni ketika ia hendak menghindari Sanghyun. Dikeluarkannya sebuah
kotak merah dari saku Sanghyun dan dibukalah isi kotak tersebut. “Maukah kamu
menjadi tunanganku, Hyeni? Kumohon untuk kau tetap bersabar untuk menunggu saat
yang lebih tepat untuk kita saling bersama! Maukah kau jadi separuh jiwaku yang
saat ini sedang kosong?”
“Ya, aku mau!”, Ketika
Sanghyun memasangkan cincin di jari manis Hyeni, ia pun tak dapat membendung
kebahagiaan yang dirasakannya saat ini sehingga membuatnya menitihkan air mata.
“Cieeeee!”, sorak seluruh murid
yang menyaksikan kemesraan Hyeni dan Sanghyun. “Cium! Cium! Cium!”, sorak
seluruh murid yang semakin ramai.
“Hey! Kalian masih pakai
baju seragam! Kalian tidak boleh berciuman di daerah sekolah!”, larang Kepala Sekolah dengan pengeras suara yang membuat para murid yang
ada didalam kelas berhamburan keluar.
“Tapi kami kan sudah
lulus, tidak apa-apa ya Pak! Aku selama ini nggak pernah mencium Hyeni!”, tanpa
pikir panjang lagi Sanghyun langsung mendaratkan bibirnya di pipi kiri Hyeni.
“Haaa!......”, semua murid
bersorak kegirangan melihat aksi nekat Sanghyun.
“Appa, Mama! Tolong
bawakan pendetanya kemari dan nikahkan kami segera disini!”, teriak Sanghyun
kepada kedua kedua orang tuanya dan kedua orang tua Hyeni.
“Menikah??????”, sontak
para murid kembali ribut dan kebingungan.
“Apa? Kita akan menikah
sekarang? Katamu kita cuma bertunangan? Apa orang tuaku sudah tau?”
“Semuanya sudah tau kok!”
“Iya, Hyeni. Kami memang
yang merencanakan ini. Karena kalian sebenarnya sudah dijodohkan sejak kecil.
Hyeni, apa kamu bersedia untuk menikah dengan Sanghyun sekarang?”, kata Eomma Hyeni dengan lembut dan sambil membelai
rambut Hyeni.
“Apa? Di sekolah ini?”
“Ya, tapi pestanya akan
dilakukan setelah kalian sudah lulus dari universitas dan dinyatakan sudah kuat
mental untuk menjalin rumah tangga. Maaf, kami melakukan ini karena ini demi
kebaikan kalian. Kalian mau mengerti kan?”, tambah Appa Hyeni.
“Baiklah, aku mengerti.
Aku siap untuk menikah dengan calon suamiku, Sanghyun.”, kata Hyeni dengan
lembut dan menggenggam tangan Sangyun dengan lembut.
“Baiklah, Bapak Pendeta.
Dipersilahkan untuk memulai janji pernikahannya!”, akhirnya mereka mengucapkan
janji pernikahan mereka menggunakan pakaian seragan SMA yang sontak membuat
seluruh murid menangis terharu saat mereka telah saling mengucapkan janji
sehidup semati berdua.
*Enam Tahun Kemudian*
“Wah, kalian pasangan yang
sempurna ya! Kalian sama-sama sudah mapan dalam pekerjaan. Hyeni, kamu masih
muda sudah jadi dokter. Sanghyun, kamu katanya jadi Presiden Direktur ya?”
“Ya, aku sebenernya pengen
jadi karyawan aja. Tapi kata semua karyawan disana, tampang seperti aku itu
nggak pantas jadi karyawan biasa. Maka dari itu aku dijadikan Presiden
Direktur!”
“Aku harap kalian jangan
mau dengar omongan Sanghyun yang ngawur ya! Apa kalian percaya omongan
Sanghyun?”
“Nggak, tapi Sanghyun
bukannya emang udah terkenal sebagai murid terpintar di sekolah waktu SMA?
Inget nggak, waktu dia ngelamar kamu jadi tunangan sekaligus istrinya? Aku
masih inget ciuman pertama itu, loh! Semua murid cuma terfokus sama kamu dan
Sanghyun, itu lucu sekali kalau diingat! Hehe!”
“Udah, jangan bahas itu!”
“Selamat ya, akhirnya
pesta pernikahan kalian dilaksakan juga!”, ucap Marissa dengan sinis.
“Marissa, kamu itu kan udah
dewasa. Kenapa? Masih mau berbuat kekanak-kanakan lagi di depan Sanghyun?
Sanghyun itu udah resmi sepenuhnya milik Hyeni, kali! Ngaca dong!”, sindir
Anggi.
“Ya, biar aku pergi aja
kalo gitu! Biar aku nggak ganggu Hyeni dan Sanghyun.”
“Eh, jangan!”, ditariknya
tangan Marissa oleh Hyeni. “Kamu kan salah satu tamu VIP yang aku undang
disini, itu artinya kamu jadi salah satu orang yang paling aku sayangi. Tolong
kamu jangan marah sama bercandaannya Anggi, ya! Kamu itu cantik, Marissa! Aku
yakin kamu bisa mendapatkan laki-laki yang bisa meluluhkan hati kamu kok,
Marissa! Percaya sama aku deh!”
“Udah, gimana kalau kita
foto bareng aja? Ayo!”, ajak Sanghyun.
“Iya, ayo pasang posisi!
Sini Marissa, kamu foto disebelahnya Sanghyun aja!”, ajak Hyeni sambil menarik
tangan Marissa.
“Hyeni, kamu mau main-main
ya!”, sindir Anggi lagi.
“Udah, nggak usah urusin
Anggi. Sini, berdiri disebelahnya Sanghyun!”, mereka akhirnya berfoto bersama.
“Aku mau ngelempar bunganya sekarang, ayo kalian semua siap-siap!”
“Sekarang? Oke, ayo! Hey,
kami mau melempar bunganya sekarang, ada yang mau nangkep nggak?”, teriak
Sanghyun seketika membuat orang-orang mengerumuni Hyeni dan Sanghyun. “Ayo
sayang, kita balik badan!”
“Ayo!”, mereka pun
berbalik badan.
“Siap!”
“Ya!”
“Kalau aku bilang lempar,
kita lempar bunganya sama-sama ya!”
“Ya, Hyunnie!”
“ Satu, dua, tiga,
lempar!”, mereka pun melemparkan bunga bersama-sama. Dan yang menangkap
bunganya adalah Marissa.
“Wah, Marissa. Selamat ya,
kamu sebentar lagi nyusul kami!”, ucap Hyeni.
“Wah, selamat ya! Kamu
tinggal menunggu waktu, jangan lupa undang aku juga ya, Marissa! Tulis namanya
dengan “Sanghyun yang tampannya tak tertandingi!” ya! Hehehehehe!”
“Sanghyun, kamu mulai lagi
deh!”, dipukulnya bahu Sanghyun oleh Hyeni karena saking gemasnya.
“Kenapa, kamu cemburu!
Sini, aku gendong!”, ketika Sanghyun menggendong Hyeni, kaki Sanghyun
terpeleset. Sehingga keduanya jatuh dan Hyeni merasa sedikit kesakitan pada
perutnya.
“Hyeni, kamu nggak apa-apa
kan?”
“Nggak apa-apa, perutku
tapi agak sedikit sakit.”, sambil memegangi perutnya.
“Perutmu sakit? Tapi Dia,
nggak apa-apa? Si kecil baik-baik aja kan?”
“Si kecil? Sanghyun!”,
Appa Sanghyun sedikit bingung namun perlahan sudah mengerti maksud dari “Si
kecil”. “Hyeni, kamu sudah?”
“Iya, Appa! Aduh, sakit!”,
Hyeni meringis kesakitan.
“Hyeni, kita kerumah sakit
ya! Tahan sakitnya ya, Hyeni!”, semua anggota keluarga bergegas kerumah sakit
karena Hyeni yang mengeluh kesakitan.
*Di Ruang UGD*
“Selamat pak, anda
mendapatkan anak kembar. Dua laki-laki dan dua perempuan!”
“Wah, banyak sekali!”,
Sanghyun mengacak-acak rambutnya. “Bagaimana bisa pengalamanku akan menjadi
Appa bisa sehebat ini!”, Sanghyun sebenarnya merasa senang dengan istrinya yang
hamil kembar empat, namun dia juga sedikit ingin tertawa geli dengan kebanyakan
anak di pengalamannya hendak menjadi seorang ayah.
TAMAT